BAB I
1.1. Latar Belakang
Perencanaan
produksi merupakan area yang sangat penting dalam pembuatan keputusan level
strategis perusahaan, khususnya dalam perusahaan manufaktur. Perencanaan
produksi dalam suatu perencanaan perusahaan taktis yang bertujuan untuk
memberikan keputusan berdasarkan sumber daya yang dimiliki perusahaan dalam
memenuhi permintaan akan produk yang dihasilkan. (Nasution, 1999)
Berhasil
tidaknya tujuan suatu perusahaan pada umumnya ditandai oleh kemampuan manajemen
dalam melihat dan mentafsirkan kemungkinan yang akan terjadi dimasa yang akan
datang begitu pula tugas manajemen juga harus dapat mengikuti perkembangan
zaman yang semakin modern serta didukung oleh teknologi yang canggih, maka
kehidupan organisasi mengalami persaingan yang ketat. Dalam persaingan itu
manajemen perusahaan khususnya bidang produksi harus dapat mengambil kebijakan
dalam memproduksi barang atau produknya yang akan terjual atau sesuai dengan
selera konsumen, maka sebelumnya manajer produksi harus merencanakan produksi
secara cermat. Karena tanpa perencanaan dapat berakibat jumlah yang diproduksi
dapat menjadi besar atau terlalu kecil.
Perencanaan
produksi merupakan salah satu fungsi manajemen yang mempunyai arti penting
dalam perusahaan, disamping fungsi manejemen lain. Apabila perencanaan tersebut
telah dilaksanakan, berarti perusahaan telah mengalokasikan faktor-faktor
produksi yang telah dimilikinya dan selanjutnya laba yang diperoleh mencapai
maksimum. Dengan diperoleh laba yang maksimum maka perkembangan perluasan
usahanya, nama baik perusahaan, akan semakin meningkat. Selain itu yang lebih
penting ialah kelangsungan kehidupan perusahaan akan lebih terjamin, sehingga
kesejahteraan karyawan akan meningkat.
Perencanaan
produksi inilah yang nantinya merupakan dasar penentuan manajer dalam mencapai
tujuan perusahaan, karena perencanaan produksi merupakan suatu fungsi yang
menentukan batas kegiatan perusahaan dimasa yang akan datang. Untuk itu
diharapkan juga akan meningkatkan efisiensi kerja untuk menilai kembali rencana
perusahaan terdahulu.
Oleh
karena pemikiran tersebut diatas, di dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai semual hal yang
bersangkutan dengan rencana produksi.
BAB II
2.1
Pengertian
2.1.1 Pengertian
Produk
Yang
dikatakan produk ialah seperangkat atribut, baik berwujud maupun tidak
berwujud, termasuk di dalamnya masalah warna, harga, nama baik pabrik, nama
baik toko yang menjual (pengecer), dan pelayanan pabrik, serta pelayanan
pengecer, yang diterima oleh pembeli guna memuaskan keinginannya. (W.J.
Stanton: 1981:192)
Kotler
menyatakan produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan di pasar, untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Produk terdiri atas barang, jasa,
pengalaman, events, orang, tempat, kepimilikan,
organisasi, informasi, dan ide.
Jadi
produk itu bukan hanya berbentuk sesuatu yang berwujud saja, seperti
makanan,pakaian, dan sebagainya, akan tetatpi juga sesuatu yang tidak berwujud
seperti pelayanan jasa semua diperuntukkan bagi pemuasan kebutuhan dan
keinginan dari konsumen. Konsumen tidak hanya membeli produk sekedar untuk
memuaskan kebutuhan semata, akan tetapi juga bertujuan untuk memuaskan
keinginan.
2.1.2 Pengertian
Rencana produk
Rencana
produk adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh pabrik atau produsen dalam menentukan
dan mengembangkan produknya, memperbaiki produk lama, memperbanyak kegunaan
dari produk yang sudah ada, dan mengurangi biaya produksi, serta biaya
pembungkus. (Cannoen Wichert dalam bukunya Marketing Text and Cases: Product
Planning)
Perencanaan
produk merupakan suatu kejadian yang mempertimbangkan portofolio suatu proyek,
sehingga suatu organisasi dapat mengikuti dan menetukan bagian apa dari proyek
yang akan diikuti selama periode tertentu. Proses perencanaan mempertimbangkan peluang-peluang pengembangan produk,
yang diidentifikasi oleh banyak sumber, mencakup usulan bagian pemasaran,
penelitian, pelanggan, tim pengembangan produk dan analisis keunggulan para
pesaing. Rencana produk
perlu diperbarui secara berkala agar dapat mengakomodasi perubahan dan
perkembangan yang ada.
2.2 Tingkatan Produk
Sekarang
ini orang-orang pabrik tidak lagi bersaingan dengan produk yang dihasilkannya
saja, tapi lebih banyak bersaingan dalam aspek tambahan pada produknya, seperti
aspek pembungkus, servis, iklan, pemberian kredit, pengiriman dan faktor-faktor
lainnya yang dapat menguntungkan konsumen.
Dari
segi ini kita dapat melihat ada beberapa tingkatan produk, pada tiap tingkatan
ada nilai tambahnya, seperti diungkapkan oleh Kotler yaitu:
1.
Core Benefit, yaitu keuntungan yang mendasar
dari sesuatu yang dibeli oleh konsumen. Aspek mendasar ini harus bisa dipenuhi
secara baik oleh produsen, seperti orang mau menginap dihotel, agar ia dapat
tidur dan istirahat secara memuaskan, orang masuk restoran, ingin makan enak
dan memuaskan.
2.
Basic Product, sekarang core benefit
dirubah menjadi basic product. Oleh sebab itu kamar tidur hotel diberi
perlengkapan, tempat tidur, kamar mandi, handuk.
3.
Expected Product, konsumen mempunyai
suatu harapan terhadap barang dan jasa yang dibelinya. Makanya perlengkapan
hotel harus disediakan yang terbaik, bersih, tempat tidur bersih, handuk fresh
dan bersih, ada lampu baca, dan sebagainya.
4.
Augmented Product, yaitu ada sesuatu
nilai tambah yang diluar apa yang dibayangkan oleh konsumen, misalnya dikamar
ada TV dengan remote control, memiliki berbagai saluran/channels, layanan
prima, dsb. Augmented produk ini mempunyai kelemahan dan dapat digunakan
sebagai alat persaingan. Apa yang sekarang dikatakan augmented product, lain kali
akan menjadi expected product, karena konsumen sudah terbiasa dengan peralatan
terbaru, jika ada augmented product, berarti tambahan biaya, jadi harga kamar
makin mahal. Namun pihak saingan mencoba menawarkan augmented product tapi
tidak menaikkan harga kamar atau mengenakan tambahan beban kepada konsumen.
5.
Potential Product, yaitu mencari
nilai tambah produk yang lain untuk masa depan. Produsen harus mencari tambahan
nilai lain, yang dapat memuaskan langganannya, dan dapat disajikan sebagai
surprise bagi langganan.
2.3 Tahap-tahap Rencana Produk
Menurut
Philip Kotler ada 8 tahap poses produk yaitu :
2.3.1
Penciptaan Ide
Penciptaan
ide dapat muncul dari berbagai personil
dan berbagai cara. Terciptanya ide baru
ini dapat melalui :
a.
Pelanggan,dapat di peroleh dari hasil survei,kotak saran,atau diskusi-diskusi.
b.
Ilmuwan, melalui riset,laboratorium.
c.
Pemilik, para pemimpin perusahaan.
d.
Pegawai, sebagai hasil penerapan gugus kendali mutu ( GKM )
2.3.2
Penyaringan Ide
Ide
yang sudah terkumpul perlu di saring mana yang mungkin di perkembangkan dan
mana yang tidak. Dalam menyaring ide ini perlu daya prediksi yang lebih tinggi
sebab ada kalanya ide yang telah di buang justru memiliki prospek yang sangat
menguntungkan di kemudian hari.
2.3.3
Pengembangan dan Pengujian konsep
Setelah
ide di saring dilakukan pengembangan dan eksperimen. Kemudian model prduk baru
di perlihatkan kepada konsumen, sambil di adakan survei pendapat konsumen
terhadap produk baru tersebut.
2.3.4
Pengembangan Strategi Pemasaran
Dalam
hal ini perusahaan mulai merencanakan strategi pemasaran produk baru dengan
memilih segmentasi pasar tertentu, beserta teknik promosi yang digunakan.
2.3.5
Analisis Usaha
Analisis
usaha dilakukan dengan memperkirakan jumlah penjualan di bandingkan dengan
pembelian bahan baku,biaya produksi,dan perkiraan laba.
2.3.6
Pengembangan Produk
Dalam
hal ini gagasan produk yan masih dalam rencana dikirim kebagian produksi untuk
di buat,diberi merk,dan di beri kemasan yang menarik.
2.3.7
Market Testing
Produk
baru di pasarkan ke daerah segmen yang telah di rencanakan,di sisni akan
diperoleh inormasi yang sangat berharga tentang keadaan barang penyalur,
permintaan potensial,dan sebagainya
2.3.8
Komersialisasi
Setelah
perencanaan matang, dilakasanakan,dan di uji,maka akhirnya di buat produksi besar-besaran
yang membutuhkan modal investasi cukup besar. Mulailah di lansir produ baru di
pasar, yang akan menjalani proses kehidupan sebagai suatu produk baru, sampai
kepada tahap proses adopsi oleh pihak konsumen, dapat menimbulkan kepuaan bagi
konsumen,dan mendatangkan keuntungan bagi produsen.
2.4 Tujuan
a.
Untuk memenuhi keinginan konsumen yang belum puas
b.
Untuk menambah omzet penjualan
c.
Untuk memenangkan persaingan
d.
Untuk mendayagunakan sumber-sumber produksi
e.
Untuk meningkatkan keuntugan dengan pemakaian bahan yang sama
f.
Untuk mendayagunakan sisa-sisa bahan
g.
Untuk mencegah kebosanan konsumen
h.
Untuk menederhanakan produk, pembungkus
2.5 Ciri - ciri Produk
Baru
a.
Produk tersebut betul-betul merupakan hasil inovasi baru namun ada juga produk
baru yang fungsinya sama dengan produk yang sudah ada. Seperti televisi yang
fungsinya sama dengan radio dan bioskop, plastik menyaingi produk dari kayu dan
metal.
b.
Pengganti produk lama, tapi berbeda pemakaiannya, seperti instant coffee
mengganti kopi yang biasa. Kopi tahun terbaru berbeda dengan tahun lama,
demikian pakaian model baru mengalahkan pakaian model lama.
c.
Produk imitasi adalah barang baru bagi perusahaan tertentu tapi bukan baru bagi
masyarakat.
2.6 Menambah Kegunaan Produk
Produk
yang dihasilkan oleh Perusahaan harus diciptakan agar penggunaannya lebih
bervariasi dengan cara :
a.
Menciptakan tambahan penggunaan dari produk yang sudah ada seperti sabun cuci,
yang biasanya dipakai untuk cuci akaian, sekarang diciptakan agar bisa pula
dipergunakan untuk cuci piring, cuci lantai, cuci mobil, dsb. Dengan demikian
volume penjualan akan meningkat. Penggunaan plastik sudah maju, dalam hal ini
plastik digunakan untuk bermacam-macam keperluan, seperti mulai dari
pembungkus, perabot rumah tangga, sampai kepada onderdil motor, mobil, bahkan
pesawat terbang.
b.
Produk yang biasanya dijual untuk kaum wanita, sekarang juga dipasarkan buat
kaum pria, seperti alat-alat kecantikan, sekarang mulai dibeli kaum pria; susu
bubut untuk anak-anak, juga bisa dipakai orang dewasa, sabun bayi juga bagus
untuk Ibu/Bapak dan sebagainya.
c.
Digunakan dalam hubungan bersamaan dengan produk lain, misalnya pemasaran kain
pel, dikombinasikan dengan pemasaran cairan pembersih.
d.
Biasa digunakan untuk industri-industri baru, jika suatu perusahaan berdiri,
maka bisa pula berdiri perusahaan baru yang mempergunakan hasil industri
perusahaan alam.
Dengan
demikian usaha meciptakan produk baru sejalan pula dengan strategi perluasan melalui
:
a.
Pencarian pemakaian baru. Setiap produk mempunyai segmentasi pasarnya, produk
baru dengan mutu tertentu memiliki pemakai tersendiri. Mungkin saja sebuah
produk belum dibeli oleh sekelompok masyarakat, karena alasan harganya tinggi,
belum dikenal dan sebagainya. Para pengusaha harus meciptakan harga, mutu, atau
formula yang digunakan sehingga sesuai dengan lingkungan yang dituju. Akhirnya
produk yang sudah dikembangkan tersebut dapat mencapai pemakai baru, misalnya
pada sabun bayi yang dapat pula digunakan oleh orang tuanya.
b.
Menciptakan pemakain baru, misalnya sabun cuci disamping untuk mencuci dapat
pula dipakai untuk lantai, mobil dan sebagainya. Alat semprot pembunuh
serangga, sekarang dapat digunakan dirumah untuk nyamuk.
c.
Memperluas pemakaian, dengan cara memberi petunjuk kepada konsumen, agar produk
ini digunakan seringkali. Pada tiap kali
penggunaan harus digunakan lebih banyak, misalnya menggunakan pasta gigi, harus
digunakan sesuai dengan iklan di televisi, dioleskan di atas sikat gigi penuh
dan banyak, memakai shampoo belum akan efektif jika hanya satu kali, tai dua
kali agar rambut betul-betul bersih.
2.7. Siklus Kehidupan
Produk
Siklus
kehidupan produk ini terdiri atas 5 tingkatan:
1.
Tahap introduksi (Introduction)
2.
Tahap pengembangan (Growth)
3.
Tahap kematangan (Maturity)
4.
Tahap menurun (Decline)
5.
Tahap ditinggalkan (Abandonmen)
2.8 Soal dan jawaban
1.
Adakah program khusus untuk melakukan perencanaan produksi untuk suatu
perusahaan?
Jawaban
:
Ada
program khusus untuk melakukan perencanaan produksi untuk suatu perusahaan.
Karena setiap perusahaan memiliki progaram-program khusus agar rencana produk
mereka dapat berjalan dengan lancar, dan karena setiap perusahaan memiliki
program-program yang berbeda. Program-program yang dimiliki perusahaan dalam
merencanakan produksi dilaksanakan supaya produk mereka dapat bersaing dan
memiliki prospek yang lebih baik dan lebih menguntungkan dibandingkan dengan
produk dari perusahaan saingan mereka.
2.
Apakah keadaan politik suatu negara mempengaruhi pengambilan product planning dalam suatu perusahaan
?
Jawaban
:
Tentu
saja keadaan politik suatu negara mempengaruhi pengambilan rencana produksi
dalam suatu perusahaan. Hal itu dikarenakan politik disuatu negara berhubungan
langsung dengan kebijakan oleh pemerintah yang akan diambil dan berimbas pula
terhadap keadaan dan keberlangsungan suatu perusahaan. Apabila keadaaan politik
disuatu negara sedang mengalami ketidakpastian maka akan sangat mempengaruhi
perusahaan, karena perusahaan harus menyesuaikan dengan keadaan negara
tersebut.
BAB III
3.1 Kesimpulan
Dalam
kegiatan rencana produksi, langkah awal yang harus dilakukan adalah
merencanakan permintaan produk untuk masa yang akan datang. Dengan memilih
rencana yang baik dan tepat maka akan dihasilkan rencana kebutuhan permintaan
produk untuk masa yang akan datang yang dapat diandalkan serta memiliki prospek
yang baik bagi kelangsungan dan kemajuan perusahaan dan kesejahteraan karyawan
perusahaan.
Dengan
perencanaan tersebut maka perusahaan dapat menentukan perencanaan produksi yang
dibuat berdasarkan fasilitas yang ada. Menentukan penjadwalan produksi dari
produk yang dibuat berdasarkan peralatan dan perencanaan yang dibuat.
Menentukan ukuran kapasitas produksi perusahaan dengan kondisi yang ada.
Menentukan rencana pengembangan fasilitas dan produksi untuk masa yang akan
datang. Menambah kegunaan produk untuk dinikmati para konsumen supaya lebih
bervariasi .
Oleh
karena itu rencana produksi memegang peranan yang penting di dalam suatu
perusahaan. Karena bila dicontohkan rencana produk merupakan fondasi dari
sebuah perusahaan. Bila dari awal fondasi dari perusahaan tersebut dibangun
dengan buruk, maka sejalannya dengan waktu pengerjaan produk tersebut juga
tidak akan baik, tidak akan di respon oleh konsumen dan produk yang telah
menghabiskan sejumlah biaya akan terbuang sia-sia dan semakin lama produk
tersebut akan menghilang dari peredaran. Oleh sebab itu rencana produksi
memiliki perananan yang sangat penting.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari, (2009), Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Alfabeta,
Bandung.
Koter, Philip (2000), Marketing Management, Prentice Hall Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar