A.
KUALITAS
1.
Pendefinisian
Kualitas
Kualitas
dibedakan ke dalam dua dimensi : kualitas dari perspektif pasar dan kualitas
kinerja. Keduanya merupakan konsep penting, namun pandangan konsumen atas
kualitas produk lebih banyak berhubungan dengan kualitas dari perspektif pasar
dibandingkan dengan kualitas hasil. Atribut kualitas pasar merupakan bagian
yang terkandung dalam keseluruhan produk, yaitu, fisik, atau inti produk dari
seluruh fitur tambahan yang diharapkan konsumen. Seperti dalam industri
penerbangan, konsumen mengharapkan lebih dari penerbangan yang aman, mereka
mengharapkan fitur tambahan seperti tempat duduk yang nyaman, pelayanan yang
ramah atau makan yang lezat. Penjabaran tersebut adalah contoh dari kualitas
dari perspektif pasar.
Menurut Goetschdan
Davis (dalam Tjiptono, 2005:10), kualitas didefinisikan sebagai kondisi dinamis
yang berhubungan dengan produk, jasa, sumber daya manusia, proses, dan lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan.
Kualitas
dapat juga didefinisikan sebagai keseluruhan ciri serta sifat barang dan jasa
yang berpengaruh pada kemampuan memenuhi kebutuhan yang dinyatakan maupun yang
tersirat (Kotler, 2007:180).
Lovelock
(dalam Laksana, 2008:88) mendefinisikan kualitas sebagai tingkat mutu yang
diharapkan, dan pengendalian keragaman dalam mencapai mutu tersebut untuk
memenuhi kebutuhan konsumen.
Menurut
Zimmerer (dalam Suryana, 2006:139), ada lima komponen kualitas yang secara
berurutan perlu diperhatikan, yaitu :
- Ketepatan
(reliability), yaitu rata-rata kelalaian/ pengabaian;
- Daya
tahan (durability), yaitu berapa lama barang dan jasa tersebut
dapat dipakai/ bertahan;
- Mudah
digunakan (easy to use), yaitu barang dan jasa tersebut harus mudah
untuk digunakan;
- Nama
merek yang terkenal dan dipercaya (known and trusted brand name);
- Harga
yang relatif terjangkau (low price)
Namun pandangan
konsumen atas kualitas produk lebih banyak berhubungan dengan kualitas dari perspektif
pasar dibandingkan dengan kualitas hasil.
Menjaga
kualitas hasil merupakan hal penting. Namun sering kali sebuah produk yang
keluar dari pabrik dengan kualitas hasil yang baik menjadi rusak saat melewati
rantai distribusi. Ini merupakan permasalahan khusus bagi banyak merek global
yang produksinya jauh dari pasar dan atau kehilangan kendali atas pasar karena
sistem distribusi di pasar.
3.
Persyaratan
Fisik atau Wajib dan Adaptasi
Sebuah
produk mungkin harus berubah dalam sejumlah hal untuk memenuhi persyaratan
fisik atau wajib di pasar yang baru, berkisar dari kemasan sederhana hingga
desain ulang total fisik produk inti. Di banyak negara
terminology homologasi produk digunakan
untuk menggambarkan perubahan yang diwajibkan oleh standar produk dan layanan
lokal.
4.
Pemasaran
Ramah Lingkungan dan Pengembangan Produk
Pemasaran
ramah lingkungan adalah istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi
kekhawatiran pada konsekuensi lingkungan atas aktivitas pemasaran yang beragam.
Sebagai contoh di AS produsen mobil dari jepang mengambil keuntungan dari
saudara Amerika mereka yang boros bensin seiring dengan semakin tingginya
perhatian konsumen atas dampak lingkungan dari SUV seperti Hummer dari general
motor.
B.
PRODUK
DAN KULTUR
1.
Produk
Inovatif dan Adaptasi
Langkah
awal penting dalam adaptasi produk terhadap pasar asing adalah menentukan
tingkat kebaruan sebagaimana dipandang oleh pasar yang dituju.produk yang baru
bagi suatu sistem sosial merupakan inovasi, dan pengetahuan tentang difusi
yaitu proses dimana inovasi menyebar-inovasi sangat membantu dalam keberhasilan
strategi pengembangan produk. Faktor penting kebaruan sebuah produk adalah
dampaknya terhadap pola konsumsi dan perilaku yang telah terbentuk. Tujuan
pemasar asing adalah memperoleh penerimaan produk oleh sebagian besar konsumen
di pasar dalam waktu singkat.
2.
Difusi
Inovasi
Everett Rogers mencatat bahwa
elemen penting dalam difusi ide baru adalah :
a.
Inovasi
b.
Yang di komunikasikan melalui media tertentu
c.
Selama periode tertentu
d.
Diantara system social tertentu
Tujuan peneliti difusi dan
pemasar adalah memperpendek perbedaan waktu antara memperkenalkan ide atau produk
dan penyebaran adopsinya.
Menganalisis lima karakteristik
inovasi dapat membantu dalam menentukan tingkat penerimaan atau penolakan pasar
terhadap suatu produk.
1.
Keunggulan relatif. Nilai marginal yang ada pada produk baru di bandingkan dengan produk
lama
2.
Kesesuaian. Kesesuaiannya dengan perilaku,norma,nilai dan hal lain yang
diterima.
3.
Kompleksitas. Tingkat kompleksitas yang berkaitan dengan kegunaan produk.
4.
Tingkat permasalahan. Tingkat resiko ekonomi dan atau sosial
yang dapat timbul akibat kegunaan produk.
5.
Kemampuan untuk diamati.
Kemudahan produk sehingga manfaatnya dapat dikomunikasikan memengaruhi
tingkat penerimaan atau penolakan suatu produk.
3.
Menghasilkan
Inovasi
Sejumlah pertimbangan harus diberikan pada daya cipta perusahaan
dan negara. Contohnya,tidaklah
mengherankan jika banyak ide baru yang berkaitan dengan internet dihasilkan di
AS. Pengguna internet amerika berjumlah 160 juta orang, jauh melebihi pengguna Jepang yang hanya berjumlah 62 juta
orang. Selain itu, Amerika memenangkan kontes pengeluaran
penelitian dan pengembangan.
C.
MENGANALISIS
KOMPONEN PRODUK UNTUK ADAPTASI
1.
Komponen
Inti
Terdiri atas produk fisik semacam program yang
berisiteknologi yang diperlukan dan seluruh desain fitur dan fitur fungsionalnya
. Pada program inilah variasi
produk dapat ditambahkan atau dihapus untuk memuaskan perbedaan lokal.
2.
Komponen
Pengemasan
Terdiri atas produk fisik semacam program yang berisi tekhnologi
yang diperlukan dan seluruh desain fitur dan fitur fungsionalnya. Pada program inilah variasi
produk dapat ditambahkan atau dihapus untuk memuaskan perbedaan lokal.
3.
Komponen
Layanan Pendukung
Meliputi
perbaikan dan perawatan, instruksi, pemasangan, jaminan, pengiriman, dan
ketersediaan suku cadang.
D. PEMASARAN LAYANAN KONSUMEN
SECARA GLOBAL
Produk seringkali diklasifikasikan sebagai benda kasat mata,
sementara layanan diklasifikasikan sebagai benda tidak kasat mata
(intangible).Sifat layanan yang tidak kasat mata menghasilkan karakteristik unik
bagi sebuah layanan, layanan tidak dapat dipisahkan (inseparable) dalam artian pembentukannyat
idak dapat dipisahkan dari konsumsinya.layanan bersifat beragam (heterogeneous)
karena layanan diproduksi satu per satu sehingga bersifat unik.layanan bersifat
mudah kadaluwarsa (perishable) karena setelah dibuat layanan tidak dapat disimpan
namun harus dikonsumsi secara langsung seiring proses pembuatannya.
1.
Peluang
Layanan di Pasar Global
Ekspor layanan konsumen besar lainnya mencakup transportasi, layanan
finansial,pendidikan,telekomunikasi,hiburan,informasi,dan layanan kesehatan, secara
berurutan. Pertimbangkan masing-masing
contoh berikut ini:
·
Maskapai penerbangan Amerika saling merebutkan pangsa pasar yang
lebih besar dari pasar perjalanan Amerika
Latin yang semakin maju melalui
investasi pada perusahaan pengangkutan lokal.
·
Layanan finansial di Cina sedang mengalami revolusi,dengan layanan baru ditawarkan
dalam kecepatan yang mencengangkan-sumber baru informasi investor dan national
cash register ATM bermunculan di mana-mana. Bahkan masyarakat di kawasan kutub juga mulai mengenal ATM.
·
TV kabel meledak di pasarAmerika Latin.
·
Pertunjukan olahraga dijual di seluruh dunia-football
Meksiko
di Los Angeles,football Amerika
di skotlandia,baseball Amerika
di Meksiko,dan soccer
professional di Cina.
·
Hampir 600.000 siswa asing (63000 dari Cina)
menghabiskan kira-kira $11 miliar setahun untuk biaya pendidikan di universitas
dan akademi di Amerika. Pelatihan eksekutif juga merupakan ekspor yang
potensial bagi perusahaan AS.
2.
Hambatan
Memasuki Pasar Global untuk Layanan Konsumen
·
Proteksi
UniEropa sedang membuat kemajuan yang cukup baik dalam pendirian
pasar tunggal untuk layanan..
Namun,bagaimana
penyedia layanan asing akan diperlakukan seiring pembersatuan tidaklah jelas.
Timbal balik dan harmonisasi, konsep kunci undang-undang Eropa tunggal (single European act), mungkin
dapat digunakan untuk membatasi masuknya sejumlah layanan industri ke Eropa.
·
Hambatan dalam
Aliran Data antar Perbatasan
Terdapat kekhawatiran yang mendalam tentang bagaimana mengatasi
permasalahan yang relatif baru tentang perpindahan data antar perbatasan. Komisi Eropa khawatir bahwa data mengenai satu
individu (seperti penghasilan,preferensi
konsumsi,sejarah pelunasan utang, kondisi kesehatandan data pekerjaan) yang di
kumpulkan, akan dimanipulasi, dan dialirkan kebanyak perusahaan dengan tidak mempertimbangkan
privasi individu yang bersangkutan. Peraturan yang di usulkan komisi tersebut mengharuskan
adanya persetujuan darii ndividu sebelum data dikumpulkan untuk diproses.
·
Perlindungan
Hak Kekayaan Intelektual
Bentuk
penting dari kompetisi yang sulit untuk dilawan timbul dari pembajakan merek dagang,
proses, hak cipta,dan paten. Perlindungan
hak kekayaan intelektual merupakan permasalahan besar dalam industry layanan. Kebanyakan Negara tidak memiliki undang-undang yang cukup atau
bahkan tidak memilikinya sama sekali dan hokum apapun yang mereka miliki sangat
sulit untuk diterapkan.
·
Hambatan Kultural
dan Adaptasi
Berhubungan
perdagangan layanan sering kali melibatkan kontak antar manusia, maka kultur memainkan
peran yang lebih besar dalam perdagangan layanan dibandingkan dengan perdagangan
barang. Contohnya banyak tersedia
:Eropa bagian timur dibingungkan oleh asumsi Negara barat bahwa pekerja yang tidak bahagia menunjukkan
wajah bahagia ketika berhadapan dengan pelanggan.
E.
MEREK
DI PASAR INTERNASIONAL
1.
Merek
Global
Perusahaan dengan merek
yang kuat cenderung memanfaatkan merek tersebut secara global. Internet dan
teknologi lainnya mendorong globalisasi merek.
Idealnya, merek global
memberikan keseragaman citra bagi perusahaan di seluruh dunia yang meningkatkan
efisiensi dan menghemat biaya saat memperkenalkan produk lain yang berhubungan
dengan nama merek tersebut, tetapi tidak semua perusahaan mempercayai bahwa
pendekatan merek tunggal merupakan metode yang terbaik, karena ada juga perusahaan
multinasional yang memiliki sejumlah merek yang dipromosikan di dunia dan merek
lain yang spesifik di negara lain.
Perusahaan yang telah
berhasil dalam memanfaatkan merek spesifik-negara harus menyeimbangkan manfaat
merek global dengan resiko kehilangan manfaat dari merek yang telah mapan. Dan
sejumlah merek tidak dapat begitu saja diterjemahkan. Biaya yang harus
dikeluarkan untuk memantapkan kembali tingkat preferensi marek dan pangsa pasar
bagi merek global yang dimiliki merek lokal harus dikompensasi dengan
penghematan biaya jangka panjang dan manfaat memiliki hanya satu merek di
seluruh dunia. Di pasar tersebut di mana merek global tidak dikenal, banyak
perusahan membeli merek produk lokal yang diinginkan konsumen dan diperbarui
kembali, dikemas kembali, dan kemudian diluncurkan kembali dengan citra yang
baru.
2.
Merek
Nasional
Perusahaan
multinasional juga harus mempertimbangkan kebangkitan rasa nasionalisme yang
muncul di sejumlah negara dan dampaknya terhadap merek. Manfaatkan merek global
jika memungkinkan dan merek nasional jika dibutuhkan.
Nestle Company dan Unilever adalah perusahaan yang mengikuti
strategi menggabungkan merek nasional dan global.
3.
Dampak
Negara Asal dan Merek Global
Banyak faktor yang
memepengaruhi citra merek, salah satu faktor yang membutuhkan perhatian besar
pada perusahaan multinasional yang berproduksi pada skala dunia adalah dampak
negara asal (country-of-origin effect
– COE) terhadap persepsi pasar pada produk.
COE dapat didefinisikan
sebagai pengaruh yang dimiliki negara yang memproduksi, merangkai, atau
mendesain terhadap persepsi positif maupun negatif konsumen atas produk. Saat
pelanggan menyadari negara asal produk, ada kemungkinan bahwa tempat produksi
akan mempengaruhi produk atau citra merek.
Negara, jenis produk,
dan citra perusahaan dan merek-mereknya semuanya mempengaruhi apakah negara
asal akan memicu reaksi positif atau negatif. Berbagai generalisasi tentang
pengaruh negara asal atas produk dan merek dapat dibuat. Konsumen cenderung
stereotip tentang produk dan negara yang telah terbentuk dari pengalaman,
rumor, dan mitos. Etnosentrisme bias juga memiliki dampak negara asal, perasaan
kebanggaan nasional dapat mempengaruhi perilaku terhadap produk asing.
Negara juga
distereotipkan berdasarkan industrialisasinya, dalam proses industrialisasi
atau perkembangannya. Stereotip ini bersifat kurang besifat spesifik produk,
lebih merupakan persepsi atas kualitas produk dan layanan secara umum yang
diproduksi di negara tersebut. Negara-negara industri memiliki citra kualitas
tertinggi, dan produk dari negara berkembang biasanya dihadapkan pada bias.
Seseorang mungkin
menyimpulkan bahwa semakin teknis produk, maka persepsi positif atas barang
yang diproduksi di negara kurang berkembang atau negara industri baru akan semakin
berkurang. Juga terdapat kecenderungan untuk lebih menyukai produk buatan luar
negeri disbanding produk domestik di negara-negara kurang berkembang. Prosuk
asing tidak menemui keberhasilan karena konsumen di negara berkembang memiliki
stereotip tentang kualitas produk asing bahkan produk dari negara industri.
Satu generalisasi
terakhir tentang COE ini berkaitan dengan kecenderungan yang sering
mengelilingi produk dari negara atau kawasan tertentu di dunia. Kecenderungan
ini sering bersifat spesifik produk dan biasanya berhubungan dengan produk yang
popularitasnya bersifat musiman.
Ada sejumlah
pengecualian pada generalisasi yang ditunjukkan disini, namun sangat penting
untuk menyadari bahwa negara asal dapat mempengaruhi sebuah produk atau citra
mereknya secara signifikan. Lebih jauh lagi, tidak semua konsumen sensitif
terhadap negara asal sebuah produk. Sebuah penemuan dari penelitian baru-baru
ini menunjukkan bahwa konsumen dengan pengetahuan yang lebih baik ternyata
lebih sensitif terhadap produk COE disbanding dengan konsumen yang tidak
dilengkapi dengan pengetahuan yang baik. Studi lain melaporkan bahwa COE
bervariasi diantara kelompok konsumen.
Segera setelah pasar
memperoleh pengalaman dengan sebuah produk, stereotip negatif dapat diatasi.
Proses stereotip negara dapat diatasi dengan pemasaran yang baik.
4.
Merek
Pribadi
Merek pribadi yang
dimiliki para peritel berkembang sebagai penantang bagi merek produsen, baik
dalam skala global maupun spesifik negara. Merek pribadi merupakan pesaing yang
patut diwaspadai. Mereka memberikan peritel margin yang tinggi, mereka
mendapatkan rak yang lebih baik dan promosi dalam toko yang kuat, dan mungkin
yang paling penting yang berkaitan dengan daya tarik konsumen, merek pribadi
memberikan produk berkualitas dengan harga rendah. Berlawanan dengan merek
produsen, yang umumnya dihargai tinggi dan menawarkan margin lebih rendah
kepada peritel dibandingkan dengan merek pribadi.
Untuk
mempertahankan pangsa pasar, merek global harus memiliki harga yang kompetitif
dan menyediakan nilai konsumen riil. Pemasar global harus mempelajari kecukupan
strategi merek mereka berhubungan dengan kompetisi macam ini. Hal ini dapat
membuat harga dan manfaat efisiensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar